728x90 AdSpace

 photo 720x90_zps7gcl6vrq.gif
Latest News
Rabu, 29 Oktober 2014

Yuk Nabung di Bank Sampah

Sampah menjadi masalah rumah tangga, perkampungan maupun perkotaan. Sampah menimbulkan bau tidak sedap, sarang penyakit dan mengganggu keindahan kota. Inilah yang terjadi jika sampah tidak dikelola dengan baik.

Padahal Tuhan menciptakan semua yang ada di bumi ini bermanfaat dan memberikan pelajaran, termasuk sampah yang selama ini sering dianggap sebagai sesuatu yang menjijikan dan tidak bernilai ekonomis. Padahal sampah organik, seperti kotoran ternak dan limbah tanaman, dapat dijadikan pupuk organik baik padat maupun cair yang tidak berbau dan penting untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah. Sedangkan sampah plastik, botol dan logam yang sulit diurai oleh organisme tanah kini dapat didaur ulang menjadi kerajinan atau dilebur menjadi barang baru yang terlebih dulu di tabung di Bank Sampah. 

Apakah yang dimaksud dengan Bank sampah?
Bank Sampah adalah sebuah lembaga yang nasabahnya mengumpulkan sampah plastik untuk dijual kepada administrator Bank Sampah. Mengapa sampah plastik? Karena sampah ini mudah diuangkan. Sampah plastik yang terkumpul selanjutnya diolah menjadi bijih kemudian diproses lebih lanjut. Uang hasil penjualan sampah dimasukkan dalam rekening nasabah dan setelah mencapai jumlah tertentu uang simpanan tersebut bisa diambil oleh nasabah Bank Sampah.

Sekolah-sekolah pun menyambut baik program ini, memperkenalkan program ini kepada para murid, yang kemudian menjadi duta-duta kebersihan, yang akan menyebarkan pengetahuan ini  kepada keluarganya dan masyarakat sekitarnya.

Dengan bank sampah, anak-anak diajarkan untuk memilah sampah anorganik berdasarkan jenis nya (botol plastik, botol kaca, kertas atau karton, plastik, dan lainnya). Setiap hari, anak-anak akan membawa sampah-sampah kering tersebut dan ditabung di bank sampah di sekolahnya, dan sebagaimana menabung di bank lainnya, maka tabungan ini akan dicatat di buku (rekening) catatan bank sampah, dan setelah mencapai angka/nilai tertentu, si murid boleh menarik uang dari hasil tabungan sampahnya. Cara ini tentu akan sangat efektif, selain menanamkan kedisiplinan dan kepedulian kebersihan, si anak juga jadi mengerti bahwa sampah itu juga dapat diberdayakan.  



Bayar Biaya Sekolah Dengan Sampah
Adalah sekolah taman bermain dan taman kanak-kanak bernama Hijau Daun berdiri di Kelurahan Bujel, Kecamatan Mojoroto, kota Kediri, Jawa Timur. Para siswa di sekolah ini dididik untuk mencintai lingkungan dan ikut melestarikannya. Menariknya, biaya sekolah dibayar hanya dengan menggunakan sampah sisa rumah tangga.

Metode pembelajaran di sekolah alam Hijau Daun ini, para siswa dan siswi belajar di ruang terbuka hijau. Mereka dikenalkan dengan alam bebas dan cara menjaga kelestariannya. Meskipun demikian, mata pelajaran formal seperti menggambar, menulis, dan berhitung tidak ditinggalkan.

Salah seorang wali murid mengaku sekolah alam Hijau Daun sangat efektif, karena mendorong orang tua siswa untuk aktif membersihkan sampah di lingkungannya masing-masing. Sampah yang telah dikumpulkan kemudian dipergunakan untuk membayar biaya sekolah anak mereka melalui manajemen pengelolaan bank sampah di kompleks sekolah alam tersebut.

Seorang pendidik di sekolah alam Hijau Daun mengatakan, dengan menggunakan alam sebagai media belajar dapat mengembangkan imajinasi anak. Oleh karena itu, kegiatan belajar mengajar di sekolah alam dilakukan di luar ruangan.

Sementara itu, pengelola mengaku berdirinya sekolah alam tersebut berawal dari keprihatinannya terhadap lingkungan sekitar yang tidak dilestarikan dengan baik. Siswa dididik untuk mengerti pentingnya alam dan tindakan yang harus dilakukan untuk menjaga kelestariannya.

Sekolah alam Hijau Daun itu sudah tiga tahun berdiri. Saat ini, terdapat sebanyak 35 orang siswa di tingkat taman bermain dan taman kanak-kanak. Jumlah tenaga pendidik di sekolah alam ini berjumlah lima orang, sedangkan administrasi sekolah dibantu oleh manajemen bank sampah Hijau Daun.

Sementara itu, di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, hal ini juga mendapat sambutan positif dari Pemda setempat. Bahkan Melalui Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLDH), Operation Wallacea Trust (OWT) menginisiasi dan mengembangkan Bank Sampah  di Kota Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan sebagai upaya Reduce, Reuse dan Recycle sampah, sebagaima diamanatkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 13 Tahun 2012.  

Kehadiran OWT di Kabupaten Wajo berawal dari PNPM-LMP/PNPM-Green, sebuah pilot program dibawah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat/PNPM-Mandiri Perdesaan. Sebagai pendamping PNPM-LMP, OWT bertugas untuk memberikan pelatihan dan penyadaran lingkungan, termasuk bantuan dan pendampingan teknis, dimana salah satunya adalah  pengembangan Bank Sampah.   

Di Kota Sengkang kini telah terdapat 21 sekolah yang aktif dalam program Bank Sampah. Setelah praktik cerdas di kedua sekolah dan satu kantor ini berhasil terfasilitasi dengan baik, kini banyak sekolah, perkantoran dan perumahan  yang antusias untuk mengembangkan Bank Sampah.  

Mengapa gerakan ini di mulai dari sekolah dan Kantor Pemerintah? Karena pimpinan sekolah dan kantor pemerintah memiliki kewenangan untuk mewajibkan pengumpulan sampah kepada siswa dan stafnya, sehingga kondusif untuk memulai sebuah kegiatan secara masif. Setelah berhasil di tingkat sekolah dan perkantoran, kini juga mereplikasi di lingkungan perumahan di Kota itu.

Keruk Keuntungan Hingga Rp.1,8 Miliar
Yang mencengangkan adalah keberhasilan pengelolaan dari bisnis pengelolaan Bank Sampah. Menurut data yang berhasil dihimpun MSNews dari Kementerian Lingkungan Hidup di era kepemimpinan Prof. Balthasar, menyebutkan, Bank Sampah berhasil mengeruk keuntungan hingga Rp 1,8 miliar per bulan.

"Hal itu kalau dilihat dari sisi ekonominya. Tapi dengan adanya Bank Sampah itu, yang diutamakan, rakyat lebih peduli lingkungan, tidak lagi membuang sampah sembarangan dan bisa lebih sejahtera dari sampah," kata Balthasar Kambuaya dalam sambutannya di depan para peserta Rakernas Bank Sampah yang bertempat di Hotel Aria Gajayana, Kota Malang, beberapa waktu lalu.

Menurut Balthasar, bagi pemerintah kota hingga provinsi, Bank Sampah sangat potensial. Karenanya, semua kota atau kabupaten harus punya Bank Sampah. "Jika hal ini diterapkan di semua daerah di Indonesia, warga akan sejahtera dari sampah," akunya.

Peluang Bank Sampah, jelasnya, sangat banyak. Hal itu sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 81 tahun 2012. "Jumlah kota yang mengembangkan Bank Sampah meningkat dari 22 kota kini menjadi 41 kota," katanya.

Saat ini, lanjut Balthasar, pihaknya sudah menambah jumlah unit Bank Sampah dari 471 menjadi 585 unit. Artinya meningkat 144 unit (24 persen).

Sementara itu, jumlah sampah yang dikelola di Bank Sampah meningkat dari 81 persen dari 755,6 ton per bulan menjadi 1.366.9 ton per bulan. "Total nilai transaksi jika dirupiahkan melonjak sebesar 11 persen dari Rp 1,6 miliar per bulan menjadi Rp 1,8 miliar per bulan," katanya.

Namun angka itu masih dinilai kecil. "Semoga ke depannya terus meningkat dan semua kota/kabupaten memilik Bank Sampah," katanya.
   
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Yuk Nabung di Bank Sampah Rating: 5 Reviewed By: Unknown