Modus kejahatan ini, kata Kusumaningtuti, adalah phishing dengan tujuan mendapatkan informasi kartu kredit dan kata sandi yang menyamar menjadi pebisnis dalam komunikasi elektronik resmi.
"Sebelumnya kejahatan seperti ini bisa di atasi dengan security sistem dan pengalaman multifactor lewat SMS juga penggunaan token," katanya.
Tapi seiring kemajuan teknologi, lanjutnya, pelaku kejahatan memanfaatkan celah lain dengan menanam virus agar dapat mengetahui nomor otentifikasi korbannya.
Antisipasinya adalah, jangan bertransaksi dengan perangkat yang digunakan secara umum. Biasakanlah meng up-grade antivirus secara berkala, mengganti PIN atau Password, dan jangan mudah memberi info data tentang nama ibu kandung.
OJK juga meminta agar perbankan secara berkala meningkatkan pengamanan sistem dengan melakukan audit informasi fasilitas internet banking dan memblokir otomatis jika perangkat yang di gunakan nasabah terinveksi virus.
"Diharapkan masyarakat tidak khawatir jika pihak bank melakukan pemblokiran karena bank akan mengedukasi kembali dengan membuka blokir tersebut setelah mendapat konfirmasi dari beberapa tahapan yang perlu dilakukan nasabah," ujar Kusumaningtuti.
Ditambahkannya, sejumlah bank berhasil mengatasi hal ini dengan merespon identifikasi berkat adanya kerjasama antar bank satu bank lainnya jika menemukan kejahatan seperti ini agar dana nasabah terselamatkan.
Reporter : John Willy
Editor : @deniesinatra
0 komentar:
Posting Komentar