Trenggalek - Peringatan hari jadi kabupaten Trenggalek ke 822 ditahun 2016 ini tetap di idam-idamkan masyarakat kabupaten Trenggalek Jawa Timur. Seperti yang diketahui, sebelum puncak peringatan hari jadi, masyarakat Trenggalek mendapatkan tontonan rutin tahunan yang disebut dengan kirab pusaka.
Hasil pantauan Wartasurya.com kirab pusaka ini dilakukan mulai dari wilayah timur Trenggalek yaitu di desa Kamulan Kecamatan Durenan, yang selanjutnya berhenti diwilayah kota di jalan Ronggowarsito dengan mengganti kendaraan modern menjadi kendaraan ala keraton jawa yakni kereta kencana.
Iring-iringan ini dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin yang diikuti oleh seluruh jajaran kepala Satuan Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Trenggalek.
Selanjutnya, rombongan kirab pusaka berhenti tepat didepan tugu Garuda Kabupaten Trenggalek sebelum memasuki kawasan pendopo agung Manggala Praja Nugraha.
Usai pelaksanaan kirab pusaka yang dilanjutkan dengan prosesi hari jadi, yang menarik setiap moment tahunan ini adalah berebut tumpeng raksasa.
"Menurut kepercayaan orang dulu, rebutan tumpeng raksasa ini mampu memberikan berkah bagi kehidupan kedepannya. Bahkan masyarakat menilai, rebutan tumpeng ini menjadi keharusan bagi masyarakat Trenggalek agar menjadi pribadi yang lebih baik jika mendapatkan salah satu benda dari tumpeng raksasa tersebut," ucap Cyintia, salah satu masyarakat yng ikut berebut tumpeng raksasa dipendopo Trenggalek, Rabu (31/08).
Menurutnya, event hari jadi kabupaten Trenggalek ini mengalami kemajuan dari tahun ke tahun. Terbukti, antusias masyarakat selalu terlihat memadati kawasan pendopo Manggala Praja Nugraha Trenggalek.
"Semoga diulang tahun kabupaten Trenggalek yang ke 822 ini bisa menjadi Kabupaten terdepan dan semakin jaya. Khususnya saya berharap untuk suguhan masyarakat seperti pesta rakyat bisa lebih ditingkatkan dan dimeriahkan," imbuhnya.
Diakui Dedi Hariyanto salah satu masyarakat luar Trenggalek, bahwa peringatan hari jadi Kabupaten Trenggalek tahun ini menjadi kali ke 5 nya mengikuti rebutan tumpeng raksasa. Menurutnya meski bukan asli warga masyarakat Trenggalek, memiliki orang tua asli Trenggalek namun Dedi secara langsung hatus mengikuti adat tersebut.
"Meski bukan warga asli Trenggalek, tetapi tradisi rebutan tumpeng raksasa ini sudah saya lakukan sejak 5 tahun lalu. Dan memang menutut kepercayaan, dengan ikut rebutan tumpeng ini bisa memberikan kedamaian dan berkah tersendiri nantinya," pungkanya. (c1)
Redaktur : Fals Yudistira
Foto : keseruan masyarakat Trenggalek berebut tumpeng raksasa di pendopo Trenggalek
0 komentar:
Posting Komentar