Antara Jembatan Suramadu dan Selat Sunda

Jakarta-Sejak resmi dioperasikan pada 2009, jembatan Suramadu sepanjang 5,3 kilometer yang diharapkan bisa mengembangkan perekonomian wilayah Pulau Madura, ternyata tidak mengangkat perekonomian di pulau tersebut, seperti yang diharapkan pada masa pendiriannya. 

 Saat ini Departemen Pekerjaan Umum akan mebangun Jembatan Selat Sunda. Akankah menemui kendala yang sama soal pembangunan kawasan dan penghubung kegiatan ekonomi? Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto, Senin 27 Mei 2013, selaku dewan pengawas jalannya proyek itu mengungkapkan, "Ekonomi di wilayah Sumatera memang sudah berkembang, sehingga tidak akan mengulang kejadian Suramadu." 

 Diakuinya, perekonomian di Madura tidak terkerek sesuai dengan harapan. Ditempat terpisah, Deputi Bidang Pengendalian Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya Madura (BPWSM), Agus Wahyudi, mengungkapkan ketidakefektivan pengembangan kawasan Suramadu, karena kecilnya kucuran dana dari pemerintah. 

"Tiap tahun kami hanya mendapatkan Rp390 miliar dan itu belum maksimal," katanya. Nantinya pembangunan Jembatan Selat Sunda akan meliputi kawasan-kawasan industri, pemukiman, dan juga kawasan lainnya untuk memastikan perekonomian tumbuh, jelasnya. Pengelolaan kawasan ini, menurutnya, akan menjadi hak bagi pengelola nantinya sebagai "dana" pendamping atau Viability Gap Fund (VGF) yang diberikan oleh pemerintah. "Jadi, VGF-nya itu pengelolaan kawasan bukan dalam bentuk dana," kata Djoko. 

Djoko menambahkan, saat ini, pemerintah terus mematangkan untuk mendukung studi kelayakan jembatan yang akan menjadi salah satu jembatan terpanjang di dunia itu. Dia mengungkapkan, perencanaan pembangunan jembatan tersebut akan memakan waktu yang lama. "Pembangunan proyek ini perlu rencana matang. Jepang saja yang punya jembatan panjang studinya juga lama," katanya.

Foto : Jembatan Suramadu
Reporter : John Willy

Berita Jawa Jawa Timur Nusantara 03.29