Soebandi dari tangan Pemerintah Kabupaten Jember. Ketua Komisi C DPRD Jatim Thoriqul Haq mengatakan, tak ada titik temu antara Pemkab Jember dan Pemprov. Pemprov menolak keinginan Pemkab yang meminta sejumlah aset Pemprov di Jember, untuk ditukar dengan dr. Soebandi.
Pemprov beralasan, pengambilalihan dan peningkatan kelas dr. Soebandi nantinya membutuhkan biaya besar. "Maka take over itu berarti full diambilalih provinsi tanpa ada keinginan tukar aset atau yang lain," kata Thoriqul, di sela-sela kegiatan reses di Jember selama beberapa hari terakhir ini.
Sementara itu, Pemkab Jember meminta tukar aset karena merasa juga sudah mengeluarkan banyak dana dari APBD untuk membangun infrastruktur rumah sakit selama ini. "Harapan Pemkab kan ada reward aset yang diterima dari Pemprov untuk jadi pengelolaan pemkab, yang bisa jadi untuk pendidikan dan kegiatan lain," kata Thoriqul.
Ada dua jenis aset RSD dr. Soebandi, yakni aset yang berasal dari biaya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Jember dan aset hibah yang berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Berdasarkan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan, nilai aset murni yang berasal dari APBD adalah Rp 145 miliar.
Thoriqul sebenarnya bisa memahami keinginan Pemkab tersebut, dan memandang perlu ada kompromi lebih jauh lagi. Pemkab Jember tentu punya alasan untuk meminta aset Pemprov. "Kalau fungsi kemasyarakatan aset lebih utama, wajar saja Pemkab meminta itu," katanya.
Namun semua perundingan sudah mentok. Pemprov dan Pemkab tak bisa saling memaksa. Padahal Komisi C berharap rumah sakit tipe A bisa terealisasi di Jember untuk melayani kesehatan masyarakat di ujung timur Jatim.
Dengan gagalnya penyerahan RSD dr. Soebandi ke Pemprov, maka sulit mengharapkan muncul rumah sakit tipe A dalam waktu dekat di kawasan timur. Rumah sakit yang paling representatif adalah dr. Soebandi. Jika Pemprov hendak membangun rumah sakit baru, maka butuh biaya besar.
Thoriqul berharap tahun depan harapan masih ada. "Tapi selama dua keinginan Pemkab dan Pemprov itu tak sinkron, ya tak ada yang bisa memaksa," katanya. [wir/berita jatim]
0 komentar:
Posting Komentar