Begitu tiba di Mapolres Trenggalek, warga nampak emosional. Seorang warga, Paimun (42) berteriak-teriak marah.
"Endi baturku!! Arep tak gowo mulih (mana temanku! Mau saya bawa pulang)," serunya dalam Bahasa Jawa.
Aksi Paimun sempat membuat kelabakan sejumlah polisi yang melakukan pengamanan. Mereka berusaha membujuknya agar lebih sabar dan melakukan dialog, namun tetap saja Paimun bertingkah emosional. Kabag Ops Polres Trenggalek, Komisaris Polisi (Kompol) Danuri yang memimpin pengamanan tidak luput dari kemarahannya.
"Sudahlah, tidak usah marah-marah, Kita kan sama-sama orang Tranggalek. Bapak tadi sudah makan?" ujar Danuri mencoba membujuk Paimun.
Bukannya luluh, Paimun malah melecehkan tawaran tersebut.
"Aku ora luwe. Aku pingin batur-baturku dibalekne (saya tidak lapar. Saya ingin teman-teman saya dikembalikan)," ujarnya.
Waka Polres Trenggalek, Komisaris Polisi (Kompol) I Made Arjana pun harus turun tangan menenangkan warga. Akhirnya warga diperbolehkan duduk-duduk di serambi.
Beberapa perwakilan warga, termasuk Paimun, diperbolehkan melihat teman-temannya yang diperiksa. Melihat temannya dalam kondisi baik, emosi Paimun pun mereda. Namun Paimun mengancam, jika 13 orang temannya tidak dilepaskan, seluruh warga akan menginap di Mapolres Trenggalek.
"Kalau tidak dilepaskan, kami akan menginap beramai-ramai. Kami ini hanya membela perut kami yang lapar," ujarnya.
Penangkapan 13 warga timahan bermula dari aktivitas penebangan pohon di lahan sengketa, antara warga dengan Perhutani. Kepolisian kemudian mengirim 282 personil, dibantu 30 TNI dan 30 satpol PP. (*fals yudistira*)
0 komentar:
Posting Komentar