Surabaya - Jangan heran bila anak enggan bersekolah. Pasalnya, pihak sekolah sendiri telah gagal menjadi learning opportunities lingkungannya dan cenderung menjadi schooling opportunities hingga membuat pelajar tak betah bersekolah. Demikian diungkapkan Penasehat Dewan Pendidikan Jawa Timur, Daniel M Rosyid kepada media.
"Anak tidak betah bersekolah karena pihak sekolah menerapkan wajib sekolah bukannya wajib belajar. Ini bisa juga disalah artikan lain hingga anak merasa dipaksa untuk bersekolah," katanya.
Akibatnya anak menganggap sekolah sebagai sebuah kewajiban, akibatnya kebutuhan mereka terabaikan. Padahal setiap anak memiliki karakter berbeda, namun itu akan sulit tereksplorasi setelah berada di sekolah yang cenderung terjadi penyeragaman.
"Bukankah pada hakikatnya murid adalah sekolah itu sendiri, sedangkan guru adalah pengamannya. Ironisnya sekarang ini sekolah sudah menjadi entitas bisnis. Terbukti dari hasil penelitian menunjukkan, 8 dari 10 anak enggan mengikuti pendidikan di sekolah, mereka lebih cenderung ingin belajar di luar sekolah. Sisanya mau belajar di dalam sekolah," katanya.
Untuk itu, kata Daniel, pola yang mewajibkan anak mengikuti pendidikan di sekolah hendaknya diubah menjadi kebutuhan belajar, karena yang diinginkan adalah mampu berkompetensi dan ijazah tidak seberapa penting, semisal SMA dapat mengikuti kejar paket C. Jadi belajar dapat dilakukan dimanapun dan tidak harus di sekolah.
"Bahkan di perguruan tinggi ternama kini sudah tersedia dan menerima paket C. Tak sedikit lulusan paket ini mampu cumlaude ke fakultas hokum," ujarnya.
Sumber : Suara Surabaya
0 komentar:
Posting Komentar