Keputusan yang menyesatkan, seperti itulah saya menyebut hasil sidang Praperadilan atas penetapan status 'Tersangka' yang disematkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap Komjen Pol Budi Gunawan (BG). Kalau hasilnya 'sesat' apalagi yang mengambil keputusan seperti halnya Hakim Sarpin Rizaldi. Semoga hakim yang lain tidak ikut-ikutan tersesat walau hanya sesat-at.
Aneh bin lucu binti ngakaknya, Presiden RI Joko widodo masih saja bersikap diam atas peristiwa menyesatkan itu. "Biar ndak ikut-ikutan disebut tersesat yo nanya sana sini dulu toh" begitu kira-kira kata Jokowi. Imbasnya, jadi makin tak menentu saja soal pelantikan BG jadi Trunojoyo satu.
Berdasarkan kamus besar bahasa Vicky Prasetyo, delematisisasi dalam pengambilan sikapisasi tengah menyelimuti sekujur kebijakan yang membuat Presiden Jokowi mengalami kontroversi hati. Mendukung DPR dengan cara melantik BG atau mendukung rakyat yang tidak menghendaki BG menjabat sebagai Kapolri. Ah benar-benar permasalahan yang membuat Jokowi mengalami kontraksi hati.
Semula kritik, saran, dan protes dari para pakar serta politisi meminta Jokowi untuk tidak mengikuti saran Megawati, JK, dan KIH yang memintanya menunggu hasil PraPeradilan terbukti ampuh bin manjur binti mujarab. Hasilnya BG menang dan Jokowi makin mumet.
Andai jurus sakti Jokowi bernama hak prerogatif sejak awal digunakan dengan membatalkan atau melantik BG tanpa menunggu hasil PraPeradilan, mungkin tidak akan membuatnya mumet seperti sekarang ini.
Nah lo, apakah sekarang Jokowi tetap melantik eks tersangka KPK demi memenuhi hasrat Dewan Perwakilan ….atau rakyat?
Penulis : Deny Sinatra
0 komentar:
Posting Komentar