728x90 AdSpace

 photo 720x90_zps7gcl6vrq.gif
Latest News
Rabu, 13 Maret 2013

Fakta Buram Anak Indonesia

Masalah kekerasan yang dialami oleh anak-anak di Indonesia belakangan semakin meningkat dengan berbagai macam alasan penyebabnya. Motifnya selalu menempatkan anak sebagai objek. Sebagai korban dari kekerasan orang dewasa menganggap lebih berkuasa terhadap anak-anak. Kekerasan anak-anak bukan hanya pada fisik maupun psikis. Bahkan acapkali justru terjadi pelanggaran hak-hak anak sebagai manusia.

Sebagaimana dalam Undang-Undang nomor 23 Tahun 2002 dikatakan anak adalah usia dibawah 18 tahun. Bukan hal yang baru ketika anak bayi dibuang oleh orangtuanya (ibunya) karena kelahiran yang tidak diinginkan dan karena alasan kesulitan ekonomi. Anak yang dibunuh oleh orangtuanya dengan alasan beban sosiologis dan ekonomi. Anak yang dipekerjakan untuk kepentingan ekonomi agar dapat tercukupi kebutuhan keluarga.

Anak diperalat untuk sarana untuk peminta-minta atau untuk mengemis. Anak diperalat untuk dipekerjakan membahayakan pertumbuhan fisik dan psikisnya. Anak acapkali dikorbankan dan dieksploitasi untuk kepentingan pihak-pihak untuk mendapatkan keuntungan di dalamnya. Eksploitasi ini cenderung dimulai dari keluarga hingga kelompok-kelompok tertentu. Hukum seakan tidak memiliki kekuatan untuk melindungi anak-anak di Indonesia yang mengalami penindasan hak-haknya dan penegakan hukum anak yang mengalami kekerasan mulai dari kekerasan dialami di keluarga hingga di ranah publik.

Kekerasan pada anak-anak
Secara faktanya bahwa anak-anak di Indonesia saat ini masih terus menerus mengalami kondisi terburuk. Kondisi ini menempatkan anak sebagai alasan dan keterbatasan orang-orang dewasa dalam menyelesaikan masalah dalam hidupnya. Seperti misalnya alasan kesulitan ekonomi menjadikan anak diperalat atau dipekerjakan. Anak menjadi korban kegagalan orang dewasa dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial yang ada. Himpitan hidup dan peningkatan tuntutan hidup semakin meluasnya kesempatan yang dilakukan dan mengorbankan anak-anak.

Anak korban kekerasan seperti dilaporkan data Komnas Perlindungan Anak sebesar 2.637 kasus pada tahun 2012 diantaranya kasus kekerasan seksual sebesar 1.075 kasus, kekerasan fisik sebesar 819 kasus, kekerasan psikis sebesar 743 kasus, anak yang ditelantarkan dan dibuang ada 42 kasus, dan anak bunuh diri ada 13 kasus. Seperti halnya angka anak putus sekolah karena kesulitan ekonomi. Jumlah pekerja anak juga meningkat sekalipun data menunjukkan angka penurunan pada pada faktanya anak yang dipekerjakan semakin terlihat diberbagai sektor. Data menyatakan jumlah pekerja anak sebesar 4,1 juta anak. Pekerja anak cenderung akan dinikahkan secara dini untuk menyelamatkan masalah ekonomi keluarga.

Gambaran diatas dapat terlihat bahwa yang terjadi adalah penindasan hak-hak dasar anak sebagai manusia selalu terjadi dilakukan oleh orang dewasa. Masalah kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan sehingga anak menjadi korban atas masalah tersebut. Jika demikian, apakah yang harus dilakukan untuk mengatasi potret buram anak-anak di Indonesia? Haruskah tetap berpangku tangan hanya sebagai penonton kekerasan yang dialami oleh anak-anak? Masalah yang dihadapi oleh anak-anak ini harus mendapat perhatian serius oleh semua pihak.

Faktor penyebab terjadi kekerasan dan pelanggaran hak-hak anak adalah pertama, masalah kemiskinan. Kemiskinan masih menjerat kehidupan di masyarakat sehingga kadangkala masih sulit membedakan antara kewajiban dan hak anak. Usia anak yang masih harus membutuhkan perhatian orang tua agar dapat tumbuh kembang, hidup layak dan mendapat fasilitas pendidikan. Namun kenyataannya hal ini tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Mengapa demikian? Jawabannya adalah jeratan kemiskinan. Program pengentasan kemiskinan belum menghasilkan mental kemiskinan menjadi mental kemandirian.

Faktor kedua, rendahnya tingkat pendidikan. Program pendidikan belum mampu mengatasi rendahnya pemahaman di masyarakat akan arti pentingnya pendidikan. Masyarakat hanya mampu memahami bahwa pendidikan sebagai jaminan untuk mendapatkan pekerjaan dan hidup layak. Namun harus diingat bahwa pendidikan bukan sebagai penjamin untuk hidup layak tetapi sebagai pembentukan moral dan pola berpikir lebih cerdas untuk mendapatkan hidup lebih layak. Sehingga tingkat pendidikan dapat mengatasi persoalan kesulitan hidup dengan mempergunakan akal sehat dan moral untuk dapat hidup sejahtera. Bukankah, pengangguran di Indonesia saat ini adalah pendidikan tingkat tinggi ?

Sekali lagi meningkatnya persoalan penindasan hak-hak anak bahwa akar masalahnya adalah kemiskinan dan rendahnya pendidikan. Penyebab meningkatnya kekerasan pada anak-anak dan pelanggaran hak-hak asasi manusia anak. Bahkan mungkin ada faktor lain seperti pengaruh lingkungan, kurangnya pemahaman masyarakat tentang hak-hak anak dan menurunnya tingkat moralitas bangsa saat ini.

Bagaimanapun juga anak-anak Indonesia merupakan generasi bangsa untuk menentukan kualitas dan kemajuan bangsa kedepannya. Jika demikian sudah seharusnya seluruh pihak memberikan kualitas hidup bagi anak-anak demi perkembangan mental dan moral menuju masyarakat yang sejahtera. Potret buramnya anak-anak di Indonesia merupakan cerminan kondisi Negara.

Penulis : Dicky Wijaya/Redaktur Pelaksana metrosurya.com
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Fakta Buram Anak Indonesia Rating: 5 Reviewed By: Unknown